Persimpangan
Jalan
Pekat
laksana belantara tanpa rembulan, merintih dalam gelapnya hati yang kelam. Aku
berjalan menyusuri kehidupan yang penuh sandiwara mencari secercah cahaya
ilahi, aku temui banyak manusia bertopeng kemunafikan. Kususuri jalan yang tak
bertepi berharap secercah cahaya kan ku temui. Namun, hingga aku disini tak ada
yang dapat ku jadikan murabbi yang hanya sekedar memotivasi atau hanya sekedar
menuntunku mengenalmu rabbi.
Kriiingg..
kriingg… kriiingg telfonku berdering. Aku terbangun dari lamunanku, segera aku
beristighfar berkali-kali. Ya allah apa yang telah aku fikirkan, tak pantas
rasanya terbesit dalam fikiranku hal seperti itu. Aku lirik hp-ku dan ternyata
alarm hp-ku berbunyi pertanda waktu sholat shubuh. Segera aku ambil air wudhu
lalu aku bersimpuh dihadapanNya.
Aku
kembali berfikir kenapa saya hidup? Lalu untuk apa saya hidup? Aku seperti
berada di sebuah persimpangan jalan, aku takut melangkah dalam kebimbangan. Aku
takut salah arah lalu terperosok dalam jurang kenistaan.
“hey
eva, ke kampus yuk?” ajak temanku yang tiba-tiba sudah mematung depan kamar kosku.
“ayok” aku segera mengiyakan
tanpa berfikir panjang, padahal saat itu hari masih sangat pagi. Pukul 05.30,
anak sekolah pun banyak yang belum berangkat.
Kami berjalan menyusuri sepanjang jalan bougenville, dini
temenku bercerita banyak tentang acara hallowen kemarin.
“lo tau va, kemarin
randi tampil kece dengan kostum vampirnya. Sampai gue terpaku dibuatnya”,
lagi-lagi randi yang jadi topik pembicaraan kali ini.
“masa
sihh? Kemaren gua ga dateng, lagi mager din.
Hehehe…” jawabku asal
“gue tau lo kaga
dateng, nyesel lo va kaga dateng. Sumpah acaranya seru banget” celotehnya
“iyah gue tau pasti
seru, makanya gue kaga dateng” lagi-lagi aku jawab asal
Entah mengapa akhir-akhir ini aku bosan dengan
kehidupanku. Aku merasa kekeringan ruhani, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati.
Sejak kapan gue mempersoalkan masalah hati, biasanya gue ga pernah peduli.
Aku dan dini sampai di kampus, kami menyusuri ruang demi
ruang hingga kami sampai di penghujung lorong A8. Kami berpisah di depan ruang
108, aku naik ke lantai 2 dan eva pergi ke kantin. Hari ini kami berbeda mata
kuliah. Aku ada kuliah jam 10.00 sedangkan eva jam 08.00. Entah mengapa
akhir-akhir ini aku malas kuliah atau melakukan
apapun yang berhubungan dengan urusan dunia. Aku seperti dalam labirin
kehidupan, banyak persimpangan jalan yang aku hadapi. Menyusuri ruang waktu
mencari akan hakikat diri ini.
Pagi
yang cerah untuk jiwa yang gundah, mentari menyembul dari balik kabut yang
menyelimuti kampus hijau. Hari ini aku sengaja berangkat lebih pagi dari
biasanya, masih pukul 06.00 kampus masih sangat sepi hanya beberapa petugas
kebersihan terlihat berseliweran dengan alat perangnya masing-masing. Aku
menerawang jauh menembus cakrawala kehidupan, apa yang kucari dari kehidupan
ini?? Cinta sejati kah?? Ahh omong kosong!! Tidak ada cinta sejati. Ini zaman
bukan lagi tentang Cinderella dan pangeran. Jika tak ada tujuan lalu untuk apa
aku diciptakan?? Lagi-lagi pertanyaan itu muncul dalam benakku dan setiap kali
pertanyaan itu muncul rasanya aku ingin mencari sesuatu yang telah hilang. Akhirnya
hari ini kuputuskan untuk membolos kuliah, keputusan yang salah namun tetap
kupilih.
Kulangkahkan
kakiku penuh dengan keyakinan, terbesit rasa bersalah kepada ibu tercinta yang
telah menemani perjalananku hingga aku berdiri di kampus hijau ini. Kesempatan
yang kusia-siakan demi mencari sesuatu yang hakiki. Kulangkahkan kakiku meski
ku tak tau kemana langkah ini akan bermuara, ketika kubalikkan badan tak terasa
kampus hijau telah hilang dari pandanganku. Peluh telah membasahi keninggu,
namun tak goyah kaki ini untuk terus melangkah hingga kutemui tempat yang dulu
sering kudatangi ketika aku masih belia. Berkumpul dalam lingkaran kecil untuk menghafal
firmanNya. Tempat yang sangat kurindukan.
Aku
terpaku disudut masjid al karomah menatap sayu seakan ada kerinduan yang begitu
dalam, kenangan semasa kecil berkelebat menari diatas pelupuk hati yang penuh
kesombongan. Tak terasa setetes air mata jatuh dari pelupuk mataku, ketenangan
yang telah lama hilang kini aku merasakannya kembali. Inikah jalanMu? Kau
tuntun aku ketempat yang penuh kesejukan dan ketenangan, mengapa tempat ini??
Lagi-lagi kesombongan menyeruak dari dalam diri yang nista ini.
“pagi
mbak, ada yang bisa saya bantu?? Nampaknya sedang mencari sesuatu?” Tanya
sesosok wanita yang telah duduk disampingku, wanita yang begitu anggun dengan
pakaian syar’inya.
“hhm..
oh tidak, saya hanya singgah sebentar melepas lelah” jawabku sediki gugup, aku
kaget dibuatnya yang hadir secara tiba-tiba.
“saya
nurul, boleh saya tau nama mba?” perempuan itu telah menyodorkan tangannya,
tanpa komando tiba-tiba memperkenalkan dirinya.
“saya
inov” jawabku dengan sedikit senyum yang kupaksakan. Sengaja aku memperkenalkan
diri dengan nama tren-ku.
“nama
yang indah, kalau boleh saya tau mba inov ini berasal dari daerah mana?
Nampaknya bukan penduduk asli daerah sini” perempuan itu terus menjejaliku
pertanyaan, aku mulai tertarik untuk berdiskusi atau hanya sekedar berbincang-bincang.
“saya
memang bukan penduduk asli sini, saya disini sedang menuntut ilmu. Berharap
keberkahan kudapat ditanah rantau” kujawab sekenaku.
Kami
berdiskusi cukup lama, berbicara banyak hal. entah mengapa aku sangat nyaman
didekatnya padahal baru kukenal beberapa jam yang lalu. Dia orang yang baik,
dia alumni pondok pesantren ternama di jawa timur. Kedatangannya disini untuk
menuntut ilmu sama sepertiku dan kebetulan kami satu kampus hanya saja berbeda
fakultas. Aku bercerita banyak kepadanya tentang kehidupan yang sedang aku
jalani, kehidupan yang terkadang membuatku harus menutup mata karena banyaknya
kemunafikan. hatiku lega setelah bercerita.
Diskusi
kami terhenti ketika suara adzan berkumandang, kami bergegas mengambil air wudu
dan mengadu kepadaNya. Sebaik-baiknya tempat kembali dari penatnya kehidupan di
dunia ini. Sholat kali ini begitu terasa berbeda, kesejukan mengalir di urat
nadiku, menenangkan hatiku, menjernihkan fikirku.
Setelah
sholat kami berpisah, aku kembali dengan pencarianku. Mencari sesuatu yang
sebenarnya sudah ada dalam diri kita, hanya butuh sedikit kesadaran untuk
mengerti teka-teki yang selama ini ingin kupecahkan. Teringat kata-kata mba Nurul
yang dikutip dari firmanNya “Allah tidak akan menciptakan jin dan manusia selain
untuk beribadah kepada-Ku”, pertemuan singkat namun membekas dihati. Aku
mencoba menafsirkan makna yang terkandung dalam firmanNya, kutemukan setitik
pencerahan untuk pencarianku ini. Tujuan hidup adalah kuncinya, persimpangan
jalan yang kubuat rumit karena paradigmaku sendiri. Ketika sudah mengetahui
tujuan hidup tinggal pilih jalan hidup yang menuntun kearah tujuan tersebut.
Tujuan hidupku adalah mencari ridhoMu, bismillah aku berhijrah.